Cakrawala Teknologi
ö iMac
Komputer
jenis iMac merupakan pengembangan dari Macintosh (Mac). Macintosh diluncurkan
pada Januari 1984, merupakan komputer
pertama yang mempopulerkan graphical user
interface (antarmuka pengguna grafis). Pada waktu itu Mac termasuk sebuah
perkembangan revolusioner dalam dunia perkomputeran dekstop. Selanjutnya, Mac
dikembangkan menjadi iMac, yaitu komputer Macintosh dengan konsep all-in-one yang diperkenalkan pertama
kali pada tanggal 7 Mei 1998 oleh Apple Computer. iMac merupakan sebuah desain
komputer pribadi pertama yang mengutamakan seni sebagai tujuan utamanya.Produk
ini dibuat dengan konsep all-in-one, dimana layar dan unit proses pusatnya
(central processing unit) ditampung dalam satu kemasan. Konsep tersebut sudah
menjadi tradisi Apple Computer dalam menciptakan komputer all-in-one. Perangkat
ini menggunakan prosesor Power PC/G3 233 MHz dan bagian luarnya diberi warna
biru bondi. Beberapa bulan kemudian Apple merilis revisi selanjutnya (rev. B
atau rev. 2) dari mesin iMac G3 233 MHz. Selain itu, juga dilakukan revisi atau
penambahan jumlah Video Ram (VRAM) menjadi 6 MB dan beberapa revisi pada
perangkat kerasnya (kabel dari papan analog video serta papan pemasok kekuatan
listrik/catu daya). Seiring waktu, dikeluarkanlah iMac G3 generasi selanjutnya
yang menyertakan slot pengeluar CD otomatis atau slot loading. Mengenai
desainnya, iMac memiliki handle yang memungkinkan orang untuk menenteng
komputer tersebut kemana-mana. iMac juga mengadopsi desain Macintosh yang tidak
memungkinkan pengguna untuk menambah piranti keras lainnya kedalam komputer.
Akan tetapi, pengguna yang banyak akal bisa menggunakan cara jitu untuk
mengatasinya.
ö Ponsel Bisa
Berdampak Buruk Buat Kulit Kita
Isu radiasi bagi pengguna ponsel bukan hal yang baru. Namun, penyakit kulit
gara-gara posel? Nah, ini berita baru. Dan itulah yang dikemukakan oleh
Asosiasi Dermatologis Inggris ( British
Association of Dermatologis – BAD).
Asosiasi yang beralamat di http://bad.org.uk ini
memperingatkan para dokter tentang apa yang disebut “dermatitis ponsel”.
Penyakit ini adalah ruam yang berkembang diwajah atau jari-jemari akibat kontak
berulang dengan ponsel yang mengilat. Eh serius, ini bukan lelucon. Menurut
BAD, setelah kontak agak lama, nickel alloy di handset dapat menyebabkan kulit
memerah dan gatal. Biasanya, di pipi atau wilayah telinga si penderita menjadi merah
dan muncul ruam-ruam yang gatal setelah ia berlama-lama menggunakan ponsel
(akibat handset bergesekan dengan wajah). Ruam-ruam itu bahkan dapat menyebar
ke jari-jemari mereka yang getol ber-SMS.
Pada studi yang dirilis lebih dulu tahun ini,
para dokter di AS melakukan pengujian terhadap nikel di 22 handset populer dari
delapan produsen dan mendapatkan 10 diantaranya memang mengandung nikel.
Sumber:http://www.ketok.com,Kompas. 18
Oktober 2008.
ö Batik Pun Punya Unsur Matematika
Batik tidak hanya kaya akan filosofi. Batik
juga kaya akan penghitungan matematika. Tampaknya nenek moyang kita telah
meninggalkan jejak matematika fractal pada
kain batik Indonesia. Adalah M Lukman,
Yun Hariadi alumnus ITB dan Nancy
Margried alumnus Universitas Padjadjaran Bandung membentuk Pixel People Project untuk melakukan
penelitian itu.
Apa itu fractal?
Fractal adalah salah satu cabang ilmu matematika yang mempelajari teknik
perulangan. Batik fractal adalah proyek awal Pixel Project. Nancy mengungkapkan ide munculnya batik fractal saat
ia bersama Yun dan Luki (Lukman) membicarakan
objek unik. Ia sering menggambar robot atau tokoh komik dengan teori
matematika fractal.Pada suatu ketika
Nancy meminta agar Luki menggambar objek yang lebih organis seperti tumbuhan.
Luki melukiskan gambar organik, yang kemudian tampak seperti batik.
Yun yang ahli matematika sepakat untuk
meneliti kemungkinan batik-batik di Indonesia memiliki unsur matematika. Dari
situ, mereka mulai mengumpulkan beragam motif batik untuk dianalisis dari sudut
pandang matematika. Sebanyak 300 motif batik dianalisis. Mereka juga
berkonsultasi dengan Achmad Haldani yang terkenal sebagai ahli batik
tradisional di Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB.
“Ternyata dari hasil penelitian itu setiap
batik tradisional memiliki unsur matematika. Ketika diaplikasikan ke komputer
dengan menggunakan rumusan matematika fractal,
terdapat kesamaan,” kata Nancy kepada Media Indonesia di Jakarta, akhir
pekan lalu.
Dengan rumus matematika fractal itulah batik-batik tradisional itu bisa dikembangkan dan
dimodifikasi. Mereka kemudian menyebut batik hasil modifikasi itu sebagai motif
batik fractal. Sekitar 300 batik yang tersebar di Indonesia telah diteliti lalu
didesain ulang lewat komputer dengan menggunakan peranti lunak open source khusus, yaitu J-Batik.
Hasil riset komprehensif yang dikembangkan
lewat analisis fractal,menurut Luki,
bisa menjadi pembuktian sahih bahwa akar batik memang berasal dari Indonesia.
“Pembuktian itu benar bahwa batik bukan dari negara lain, tapi dari Indonesia.
Dengan riset itu pula bisa membantu prediksi terhadap perkembangan motif batik
Indonesia dimasa depan,”jelas Luki. Inovasi yang terbilang sebagai sebuah
terobosan baru di Indonesia itu sangat menggembirakan. Apalagi desain pertama
mereka bisa dipamerkan dalam ajang konferensi internasional seni generatif di
Milan, Italia,akhir 2007 lalu. “Dan kami satu-satunya yang menampilkan warisan
tradisional dalam pameran itu. Responsnya pun sangat bagus,”imbuh Luki.
Apalagi saat ini desain-desain batik fractal mereka telah masuk ranah
industri. Rumah Batik Komar di Bandung telah bekerja sama dengan Pixel dalam mengembangkan batik fractal itu. Menteri Riset dan Teknologi
Kusmayanto Kadiman pun menjadi salah satu pelanggan favorit batik fractal. Nancy dan Luki menambahkan,
“Setiap satu motif batik tradisional bisa didesain ulang dan dikembangkan menjadi ribuan motif
baru”. Namun, ada pula kendalanya di lapangan. “Tidak semua perusahaan alat
batik bisa menciptakan alat batik yang cukup rumit. Jadi kalau motifnya mau
dikembangkan lebih rumit lagi, takutnya malah tidak bisa dicetak,”kata Nancy
yang menjadi kepala bisnis dalam perusahaan mereka.
Sumber:http://ristek.go.id(Diakses
tanggal 7 Agustus 2008)
ö Superkomputasi untuk Riset HIV/AIDS
Berbagai Penelitian untuk menemukan teknik, cara dan obat
untuk menyembuhkan penyakid AIDS akibat virus HIV terus dilakukan. Salah satu
lembaga riset terkemuka Locus Pharmaceuticals, Amerika Serikat, telah
memanfaatkan tenaga superkomputasi IBM Deep Computing Capacity on Demand untuk
mendukung riset dan perancangan obat-obatan guna menyembuhkan penyakit infeksi
yang disebabkan virus seperti HIV/AIDS.
Locus Pharmaceuticals mengombinasikan teknologi
komputasional teknologi proprietary yang
bertenaga besar dan terfragmentasi dengan salah satu cluster superkomputer berbasis Linux tercepat di dunia. Cara ini
dimaksudkan agar dapat secara simultan menemukan lokasi ikatan yang terkait
dengan protein target penyakit serta secara cepat menciptakan molekul kecil
baru yang menyerupai obat dan dapat terikat pada lokasi protein tersebut.
Berlawanan dengan pendekatan komputasional lainnya, teknologi Locus membutuhkan
sebuah struktur protein target tiga dimensi yang beresolusi tinggi untuk
mengimplementasikan proses penemuan obatnya,
Jika diintegerasikan dengan ilmu kimia dan biologi, teknologi ini dapat
mempersingkat waktu siklus pembuatan obat-obatan inovatif. Untuk meningkatkan
efisiensi, Locus menggunakan tenaga komputasi Deep Computing Capacity on Demand
sehingga dapat meningkatkan kapasitas infrastruktur superkomputasi 2,3 terflop
miliknya. Sedangkan, para ilmuwan Locus menggunakan tenaga sistem IBM eServer
Cluster dari server-server xSeries dengan prosesor 32-bit Intel Xeon.
Sumber:Republika, 18 Januari 2004
ö Perkembangan Program Pengolah Kata
Aplikasi
perangkat Lunak perkantoran yang tersedia dan paling populer di pasaran
sekarang adalah aplikasi Office buatan Microsoft yang terpasang dijutaan
komputer di dunia. Microsoft Office merupakan sekumpulan aplikasi perkantoran
yang terdiri dari pengolah kata (word
processor), aplikasi pengolah angka (spreadsheet)
dan presentasi.
Microsoft
Office (MSOffice) bukan satu-satunya aplikasi digital perkantoran yang tersedia
di pasaran. Sebelum MS Office, terdapat program pengolah kata lainnya yang
pernah berkembang seperti WordPerfect,ChiWriter dan WordStar, meskipun program
tersebut sekarang sudah hilang. Setelah Microsoft memperkenalakan aplikasi
Office yang bekerja dibawah Windows, pernah berkembang juga sistem pengolah
kata dari Linux yang termasuk sistem open
source. Namun kualitas sistem tersebut masih kalah dibanding MS Office, sehingga
MS Office tetap mampu bertahan. Pada bulan Agustus 1999, Sun Microsystem
menghadirkan aplikasi perkantoran yang disebut StarOffice yang bisa digunakan
(dengan men-download) oleh siapa saja
dan tidak perlu membayar. Namun, status “gratis” StarOffice pun akhirnya punah
karena kualitasnya masih kalah dibandingkan dengan MS Office. Padahal awalnya
kita mengira kalau StarOffice adalah jawaban kelompok Open Sources dengan
sistem operasi Linux yang sangan anti-Microsoft.
Upaya
untuk mendobrak dominasi MS Office dengan segala fitur yang hampir mirip muncul
dalam aplikasi berbasis open sources yang
baru, yaitu OpenOffice. OpenOffice berbeda sama sekali dengan StarOffice
walaupun dikembangkan berdasarkan kode program yang ada pada StarOffice
terdahulu. Perbaikan yang disediakan OpenOffice antara lain kemampuannya untuk
membaca semua dokumen standar MS Office tanpa tambahan aplikasi yang
dikembangkan pihak ketiga. Mereka yang sebelumnya terbiasa dengan MS Office
akan merasa nyaman dengan OpenOffice karena semua perintah dalam aplikadi
pengolah kata maupun angka,aplikasi presentasi dan lainnya semuanya sama.
Kesamaan ini jelas akan memudahkan bagi mereka yang ingin migrasi dari MS
Office ke OpenOffice. Selain itu,OpenOffice tidak hanya dapat digunakan pada
sistem operasi Linux, tetapi juga bisa digunakan diatas platform sistem operasi Windows. Namun, masi ada beberapa persoalan
antara kedua program tersebut, seperti dokumen MS Office yang memiliki password
tidak bisa dibuka di OpenOffice. Oleh karena itu, Microsoft Office masih
mendominasi pasar hingga saat ini.
Sumber:www.forumkomputer.com
0 komentar:
Posting Komentar